KisahWali Allah, Hizib Bahr atau Hizib Bahar atau Hizbul Bahr adalah salah satu karomah Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili radhiyallahu anhu. Banyak sekali keis PerjalananSufi Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili r.a. Suatu ketika saat berkelana beliau berkata dalam hati, "Ya Allah, kapankah aku bisa menjadi hamba-Mu yang bersyukur?". Kemudian terdengarlah suara, "Kalau kamu sudah mengerti dan merasa bahwa yang diberi nikmat hanya kamu saja" Beliau berkata lagi, "Bagaimana saya bisa begitu, padahal Manakibatau biografi Syehk Abul Hasan Asy Syadzili menceritakan kisah perjalan hidup Beliau dari kanak kanak hingga Beliau wafat.Dikisahkan juga Beliau mend Vay Tiền Nhanh. Arti hasbunallah wanikmal wakil adalah cukuplah Allah sebagai tempat diri bagi kami. – Arti hasbunallah wanikmal wakil adalah cukuplah Allah sebagai tempat diri bagi kami. Zikir ini merupakan amalan dan doa yang memiliki beragam khasiat. Salah satunya barangsiapa membaca hasbunallah wanikmal wakil 70 kali akan dibukakan pintu rezeki dari segala arah. Cara mengamalkan hasbunallah wanikmal wakil selain dibaca 70x bisa menjadi doa harian. Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili dalam kitabnya Sirrul Jaliil Fii Khowaashi Hasbunallahu Wa Ni’mal Wakiil menyampaikan bacaan ini dapat menjadi wirid, zikir, doa dan amalan setelah selesai menjalankan sholat ashar. Hasbunallah wanikmal wakil nikmal maula wanikman nasir arab حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ Artinya “Cukuplah Allah sebagai tempat diri bagi kami, sebaik-baiknya pelindung dan sebaik-baiknya penolong kami.” Berikut lirik teks arab, latin dan terjemah amalan dan doa Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili حسبنا الله ونعم الوكيل ٤٥٠ بسم الله الرحمن الرحيم اللهم يا كافي اكفني نوائب الدنيا ومصائب الدهر وذل الفقر . اللهم يا غني اغنني بغنائك عمن سواك وبجودك وبفضلك عن خلقك فإنك قلت وقولك الحق المبين ” ادعوني استجب لكم ” دعوناك كما امرتنا فاستجب منا كما وعدتنا. اللهم يا مغني اسألك غناك الدهر الي الابد اللهم يا فتاح افتح لي باب رحمتك واصب علي ستر عنايتك وسخرلي خدام هذه الاسمآء بشيء استعين به علي معايشي وامر ديني ودنياي وأخرتي وعاقبة امري ، وسخره لي كما سخرت الريح والانس والجن والوحوش والطير لنبيك سليمان ابن داود عليهما السلام ، وب ” آهيا شراهيا ادوناي أصباؤت آل شداي ” . يا من امره بين الكاف والنون ، انما امره اذا اراد شيئا ان يقول له كن فيكون . فسبحان الذي بيده ملكوت كل شيء واليه ترجعون ٧ سر الجليل في خواص حسبنا الله ونعم الوكيل _ الشيخ القطب ابي الحسن علي الشاذلي Hasbunallhu Wa Ni’mal Wakiil 450x Doa 7x ” Bismillahir Rohmaanir Rohiim, Allahumma ya kaafi ikfini nawaaibad dunya wamashoibad dahri wa dzullal faqri. Allahumma ya ghoniyyu ,aghnini bighina_ika amman siwaka wabijudika wabifadhlika an kholqika, fainnaka qulta waqoulukal haqqul mubin UD’UNI ASTAJIB LAKUM, Da’aunaaka kama amartana fastajib minnaa kamaa wa’adtanaa. Allahumma ya mughniyyu as`aluka ghinaakad dahro ilal abadi. Allahumma ya fattahu iftahli baaba rohmatika washbi alayya sitro inaayatika ,wasakhkhirli khudaama hadzihil asmaa i Bisyai in asta;inu bihi ala ma’ayisyi wa amri diini wadunyaya wakhiroti wa’aqibati amri, Wasakhkhirhu li kama sakhortar riiha wal insa waljinna walwuhusya waththoiro linabiyyika Sulaimana ibni Dawuda alaihimas salam, wa bi “Ahyan Syarohiyan Adwanaya Ashbaut Al Syadaya”. Ya Man Amruhu ainal kaafi wannun, innamaa amruhuidza aroda syaian an yaqula lahu Kun Fayakun. Fasubhaanal ladzi biyadihi malakutu kulli syaiin ,Wailaihi turja’un.” Hasbunallah wanikmal wakil artinya cukuplah Allah sebagai tempat diri bagi kami, sebaik-baiknya pelindung dan sebaik-baiknya penolong kami. Ya Allah, Tuhan Yang Maha mencukupi, sudahilah Cukupkan kecelakaan dunia dan musibah sepanjang masa dan hinanya kefaqiran yang menimpaku. Wahai Tuhanku Yang Maha kaya, anugerahilah aku dengan kekayaan-MU, kedermawanan-MU dan kelebihan-MU. Sehingga aku tidak butuh bantuan dari selain-MU yang menjadi ciptaan-MU. Engkau telah berfirman dan firman-MU benar dan nyata ” Berdoalah kepada-KU niscaya aku kabulkan pinta mu ” Kami pun memanjatkan doa kepada-MU sebagaimana yang telah Engkau perintahkan kepada kami, maka kabulkanlah doa kami sebagaimana janji-MU untuk mengabulkan kami. Wahai Tuhan Yang Memberi Kekayaan, berilah aku kekayaan sepanjang masa dan selama lamanya. Wahai Tuhan Dzat Yang Maha Pembuka, bukakanlah pintu rahmat-MU untukku dan hilangkanlah semua yang menutup pertolongan-MU serta tundukkanlah kepadaku Khadam penjaga doa ini dengan membawa sesuatu yang dapat menolongku atas masalah penghidupanku, agamaku, dunia dan akhiratku serta akibat semua permasalahanku. Tundukkanlah kepadaku sebagaimana Engkau tundukkan angin, manusia, jin, Binatang liar dan burung-burung tunduk kepada Nabi-MU Sulaiman putra Daud AS. Dan dengan wasilah atau perantara penjaga doa ini yang bernama Ahiyan, Syarohiyan, Adunayan dan Asbawut Ali Sadaya. Wahai Dzat yang perintahnya diantara huruf kaf dan nun ” Sesungguhnya perintah-NYA hanyalah berkata jadilah maka terjadilah. Maka Maha Suci Allah yang di tangan-NYA Kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-NYA lah kamu dikembalikan. Khasiat hasbunallah wanikmal wakil nikmal maula wanikman nasir Berikut ini khasiat hasbunallah wanikmal wakil nikmal maula wanikman nasir bacaan zikir Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili. Selain khasiat di atas untuk penarik rezeki yakni sebagai upaya rasa syukur atas segala karunia Allah Swt. Semoga senantiasa selalu dimudahkan, sebagai tali pegangan seorang hamba kepada tuhannya. Sebagai seorang hamba untuk senantiasa berikhtiar dan berdoa sebab hanya Allah Swt yang mencukupi kebutuhan hambanya. Demikianlah arti hasbunallah wanikmal wakil teks arab dan latin dilengkapi dengan khasiat atau manfaatnya. Zikir Hasbunallah Do'a ini diambil dari dari kitab Sirrul Jaliil Fi Khawaasi Hasbunallahu Wa Ni'mal Wakiil yang dikarang oleh seorang Quthubil Auliya Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili. Inilah cara yang dimaksud itu 1. Surat Ali Imran 173. Bacalah setiap ba’da Asar 450x dengan doanya 7x atau 4500 x dan doanya 313 x di waktu tengah malam. Bismillahir rahmannir rahiim… Hasbunallah wa ni’mal wakiil. 450 / 4500 x Doa Khusus "Bismillahir rahmannir rahiim… Allahumma Ya Kafi ikfini nawaibad dunya wa maishoibad-dahri wa dzullal faqri. Allahumma Ya Ghoniyyu aghnini bi ghinaka amman siwaka wa bijudika wa bi fadhlika an kholqika fa innaka qulta wa qoulukal haqqul mubiin ” ud uni astajib lakum.” Da aunaka kama amartana fastajib minna kama wa adtana. Allahumma Ya Mughni as-aluka Ghinakad-dahri ilal abadi. Allahumma Yaa Fattah iftahli baba rohmatika wa asbil alayya sitro inayatika wa sakhirli khoddama hadzihil asma-I bi syai-in, asta’inu bihi ala ma ayisyi wa amri dini wa dunyaya wa akhiroti wa aqibati amri wa sakh-khirhu li kama sakhortar riha wal insa wal jinna wal wakhsya wath-thoiro li nabiyyika Sulaiman ibni Dawuda alaihimas-salamu wa bi ahiyan, syarohiyan,adunayan,ashbawuta ali syadaya. Ya man amruhu bainal kaf wa nun, innama amruhu idza aroda syai-an an-yaqula lahu kun fayakun. Fasubhanal ladzi biyadihi malakutu kulli syai-in wa ilaihi turja’uun". 7 / 313 x Artinya "Ya Allah, Tuhan Yang Maha mencukupi, sudahilah Cukupkan kecelakaan dunia dan musibah sepanjang masa dan hinanya kefaqiran yang menimpaku. Wahai Tuhanku Yang Maha kaya, anugerahilah aku dengan kekayaan-MU, kedermawanan-MU dan kelebihan-MU. Sehingga aku tidak butuh bantuan dari selain-MU yang menjadi ciptaan-MU. Engkau telah berfirman dan firman-MU benar dan nyata ” Berdoalah kepada-KU niscaya aku kabulkan pinta mu ” Kami pun memanjatkan doa kepada-MU sebagaimana yang telah Engkau perintahkan kepada kami, maka kabulkanlah doa kami sebagaimana janji-MU untuk mengabulkan kami. Wahai Tuhan Yang Memberi Kekayaan, berilah aku kekayaan sepanjang masa dan selama lamanya. Wahai Tuhan Dzat Yang Maha Pembuka, bukakanlah pintu rahmat-MU untukku dan hilangkanlah semua yang menutup pertolongan-MU serta tundukkanlah kepadaku Khadam penjaga doa ini dengan membawa sesuatu yang dapat menolongku atas masalah penghidupanku, agamaku, dunia dan akhiratku serta akibat semua permasalahanku. Tundukkanlah kepadaku sebagaimana Engkau tundukkan angin, manusia, jin, Binatang liar dan burung-burung tunduk kepada Nabi-MU Sulaiman putra Daud AS. Dan dengan wasilah / perantara penjaga doa ini yang bernama Syekh Ahiyan, Syekh Syarohiyan, Syekh Adunayan dan Syekh Asbawut Ali Sadaya. Wahai Dzat yang perintahnya diantara huruf KAF dan NUN ” Sesungguhnya perintah-NYA hanyalah berkata JADILAH maka TERJADILAH . Maka Maha Suci Allah yang di tangan-NYA Kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-NYA lah kamu dikembalikan….." Syekh Abu Hasan As-Syadzili adalah seorang ulama sufi yang lahir di desa yang bernama Ghumarah, dekat daerah Sabtah sekarang kota Thonjah/Ceuta, Afrika Utara, Maroko. Pada tahun 593 H/ 1197 M. nama lengkap beliau adalah Ali Bin Abdillah, Bin Abdul Jabbar, Bin Tamim, Bin Hurmuz, yang kalau diteruskan nasabnya akan sampa kepada Hasan Bin Ali Bin Abi Thalib, cucu Rosulullah intelektual dan ruhaniah Syekh Abu Hasan as-Syadzili sangat panjang, beliau pertama kali belajar ilmu syariat dan menghafal al-qur’an waktu masih kecil di desa kelahirannya. Namun betatapapun penguasaan seseorang terhadap ilmu-ilmu lahiriyah semacam fikih, nahwu shorof dan lain itu belum membawa jiwa ke alam kerohanian yang tinggi. Syekh Abu Hasan yang memendam suatu hasrat yang amat kuat untuk medekatkan diri pada Allah, dan akhirnya memutuskan untuk merantau ke Negara Iraq. Dimana Iraq pada waktu itu merupakan pusat peradaban Islam dan kota tujuan setiap penuntut ilmu, disamping tempat para ahli ilmu dunia, juga pusat tokoh-tokoh terkemuka dalam bidang fiqh, hadist, dan pengembaraanya di Negara Iraq, yang merupakan kawasan para sufi dan orang-orang saleh. Bertemulah beliau dengan Syekh Shalih Abi al-Fath al-Wasithi, seorang syekh yang paling berkesan di dalam hatinya sewaktu di Iraq. Kemudian Syekh Abu Fath berkata pada Syekh Abu Hasan, “Hai Abu Hasan, engkau mencari wali qutb di sini, padahal dia berada di negaramu sendiri, kembalilah, maka kamu akan menemukannya’’.Akhirnya, Syekh Abu Hasan kembali lagi ke Maroko, kemudian bertemu dengan Syekh Shiddiq al-Qutb al-Ghauts Abi Muhammad Abdus Salam bin Masyisy al-Syarif al-Hasani al-Qutb al-Akbar Maghrib, kepada beliaulah kemudian Syekh Abu Hasan baru sampai di Maroko dan ingin menemui Syekh Abdus Salam, Syekh Abu Hasan membersihkan badan dan datang laksana orang yang hina dina dengan penuh dosa. Sebelum beliau menemui Syekh Abdus Salam, ternyata Syekh Abdus Salam sudah mengetahui kedatangannya dan terlebih dulu menemui Syekh Abu Hasan di lereng gunung sekitar tempat tinggal Syekh Abdus Abdus Salam kemudian menemuinya sambil berkata, “Selamat datang wahai Ali bin Abdullah bin Abdul Jabbar,” begitu sambutan Syekh Abdus Salam sambil menuturkan nasab Syekh Abu Hasan yang sampai kepada Rasulullah Syekh Abdus Salam berkata lagi kepada Syekh Abu Hasan, “Kamu datang kepadaku laksana orang yang hina dina dan merasa tidak punya amal baik, maka bersamaku kamu akan memperoleh kekayaan dunia dan akhirat”.Kemudian Syekh Abu Hasan tinggal bersama Syekh Abdus Salam dalam beberapa hari, untuk membersihkan dirinya. Selama tinggal bersama Syekh Abdus Salam, Syekh Abu Hasan melihat beberapa karomah yang dimiliki oleh kedua ulama tersebut benar-benar merupakan pertemuan antara mursyid dan murid. Banyak sekali futuhat ilahiyyah yang diperoleh Syekh Abu Hasan dari gurunya tersebut. Di antara wasiat dari Syekh Abdus Salam yang diberikan kepada Syekh Abu Hasan adalah “Pertajamlah penglihatan keimananmu, maka kamu akan menemukan Allah pada setiap sesuatu.”Adapun asal usul nama Syadzili beliau peroleh dalam perjalanan ruhaniahnya. Dalam perjalanan ruhaniahnya beliau bercerita, “Ketika saya duduk di hadapan Syekh Abdus Salam, di dalam ruangan kecil, di sampingku ada anak kecil, aku ingin bertanya kepada Syekh Abdus Salam tentang nama Allah. Akan tetapi, anak kecil tadi mendatangiku dan tangannya memegang kerah bajuku, lalu berkata “Wahai Abu Hasan, kamu ingin bertanya kepada Syekh tentang nama Allah, padahal sesungguhnya kamu adalah nama yang kamu cari, maksudnya nama Allah telah ada di dalam hatimu. Akhirnya Syekh Abdus Salam tersenyum dan berkata “Dia telah menjawab pertanyaanmu.”Setelah kejadian tersebut, Syekh Abdus Salam memerintahkan Syekh Abu Hasan untuk pergi ke daerah Afriqiyyah Tepatnya di daerah Syadzilah, karena Allah akan menyebutnya dengan nama Syadzili, padahal waktu itu Syekh Abu Hasan belum dikenal dengan nama sesuai perintah dari gurunya, Syekh Abu Hasan berangkat ke daerah tersebut untuk mengetahui rahasia-rahasia yang telah dikatakan oleh Syekh Abdus Salam kepadanya. Dalam perjalanan ruhaniahnya, Syekh Abu Hasan banyak menerima ujian sebagaimana ujian yang dialami oleh para wali pilihan di Syadzilah, suatu daerah yang tak jauh dari Tunis, Syekh Abu Hasan menuju gua yang berada di Gunung Zaghwan, dan menundukkan dirinya semata-mata kepada Allah lewat beribadah, shalat, puasa, tilawat, dan hari, selama munajatnya di Gunung Zaghwan Syekh Abu Hasan selalu membaca Surat Al-An’am. Selama bermunajat di Gunung Zaghwan, Syekh Abu Hasan tidak menyembunyikan diri dari orang-orang yang ingin menemuinya, ia selalu menyambut dengan baik setiap pecinta ma’rifah yang benar benar serius dalam menuntutnya. Di dalam sebuah gua yang ada di gunung itulah, Syekh Abu Hasan berkhalwah hingga hatinya benar-benar kosong dan hanya ada Allah Swt. Jiwanya pun telah suci dari saat di akhir munajatnya, ada bisikan suara kepada Syekh Abu Hasan “Wahai Abu Hasan, turunlah dan bergaul-lah bersama orang, maka mereka akan dapat mengambil manfaat darimu. Kemudian Syekh Abu Hasan berkata, “Ya Allah, mengapa engkau perintahkan aku untuk untuk bergaul bersama mereka? Aku tidak mampu.” Kemudian pertanyaan tersebut dijawab, “Sudahlah, turun! Niscaya kamu akan selamat dan kamu tidak akan mendapat celaan dari mereka.”Kemudian Syekh Abu Hasan berkata lagi, “Kalau aku bersama mereka, apakah nanti aku makan dari dirham mereka?” Kemudian muncullah jawaban, “Bekerjalah, Aku Maha Kaya, kamu akan memperoleh rizki dari usahamu juga dari rizki yang Aku berikan secara gaib.” Setelah itu, Syekh Abu Hasan bergaul dengan penduduk setempat, bahkan mempunyai halaqah dzikir dan perihal penisbatan nama Syadzili kepadanya, Syekh Abu Hasan berkata, “Pernah aku berkata, “Wahai Allah, mengapa engkau menamakanku dengan As-Syadzili, sedangkan aku tidak berasal dari Syadzilah. Maka aku mendengar jawaban, “Wahai Ali, aku tidak menamakanmu dengan As-Syadzili, tetapi engkau adalah Syadzdzuli dibaca dengan tasydid huruf dzal, yang artinya orang yang mengasingkan untuk berkhidmat dan setelah dari daerah Syadzilah, Syekh Abu Hasan bertolak ke Tunisia, tempat beliau akan menerima sebuah cobaan. Sebagaimana yang pernah diucapkan oleh guru beliau Syekh Abdus Salam, “Akan ditimpakan ujian kepadamu di sana Tunisia dari pihak penguasa.”Ketika di Tunis, Syekh Abu Hasan tinggal di Masjid al-Bilath, banyak para ulama dan sufi yang bermukim di lingkungan sekitarnya, di antaranya al-Jalil Sayyidi Abu al-Azaim, Syekh Abu Hasan al-Shaqli dan Abu Abdillah berdakwah di Tunis, bergaul dengan masyarakat, membimbing dan menyebarkan ajaran-ajaran Islam dan ketenangan hidup. Nama Syekh Abu Hasan terkenal di mana-mana. Sampai suatu saat terdengar oleh kadi al-Jama’ah Abul Qosim bin Barra’.Ketenaran beliau membuat sang kadi, gerah, iri dan hasud. Karena Syekh Abu Hasan mempunyai murid yang sangat banyak. Kemudian sang kadi pun berusaha untuk merusak popularitasnya. Dengan usaha melaporkan kepada Sultan Abi Zakariya, dengan tuduhan, bahwa Syekh Abu Hasan berasal dari golongan Fathimi, yang saat itu memang dimusuhi Kerajaan mendapat laporan dari sang kadi, sultan pun langsung mengadakan pertemuan dan menghadirkan Syekh Abu Hasan dan Kadi Abul Qosim, serta para pakar fikih. Pertemuan tersebut dilaksanakan untuk menguji seberapa jauh keilmuan dan kemampuan yang dimiliki oleh Syekh Abu berbagai pertanyaan yang dilontarkan untuk mempermalukan Syekh Abu Hasan di depan umum. Namun usaha itu sia-sia, karena jawaban Syekh Abu Hasan yang tepat dan bisa menepis semua tuduhan, justru yang didapatkan adalah pengakuan dari Sultan bahwa beliau adalah termasuk pemuka para wali. Hal ini sesuai dengan perkataan Imam Syafi’i, “Dalam ujian, orang akan terhina atau bertambah mulia”.Setelah kadi Abul Qosim gagal merusak popularitas Syekh Abu Hasan dan malu, justru nama Syekh Abu Hasan semakin harum di kalangan masyarakat. Rasa iri dan dengki sang kadi pada Syekh Abu Hasan semakin bertambah. Ia memberikan ultimatum kepada Sultan Abi Zakariya dengan mengatakan, “Jika tuan membiarkan dia, maka penduduk Tunis akan menurunkanmu dari singgasana.”Setelah diultimatum oleh sang kadi dan khawatir akan lengser. Sultan pun menahan Syekh Abu Hasan dan memenjarakannya di dalam Istana. Kabar tentang penahanan Syekh Abu Hasan terdengar oleh salah satu itu kemudian menjenguk Syekh Abu Hasan. Dengan penuh prihatin, sahabat Syekh Abu Hasan berkata, “Orang-orang di luar sana membicarakanmu, bahwa kamu telah melakukan ini dan itu.”Kemudian dia menangis di depan Syekh Abu Hasan. Syekh Abu Hasan pun menanggapinya dengan senyum manis seraya berkata, “Demi Allah, andai kata aku tidak menggunakan adab syara’ maka aku akan keluar dari sini,” seraya mengisyaratkan dengan jarinya. Ketika setiap jarinya mengisyaratkan ke dinding, maka dinding tersebut langsung Syekh Abu Hasan tidak berakhir di Tunis, walaupun cikal bakal tarekatnya pertama kali di Tunis. Setelah dari Tunis beliau pindah ke wilayah timur, tepatnya di Iskandariah, Mesir. Di sinilah beliau bertemu dengan Syekh Abi Abbas Al-Mursyi, murid sekaligus penerus beliau pindah ke Mesir adalah karena ia mimpi bertenu Rasulullah Saw. Dalam mimpi itu, Rasul berkata, “Hai Ali, pergilah ke Mesir untuk mendidik 40 orang yang benar-benar takut padaku.”Sehingga ketika tinggal di Mesir, banyak ulama yang berguru kepada beliau, di antaranya adalah Izzudin bin Abdus Salam, Ibnu Daqiq Al-Id, al-Hafidz Al-Mundziri, Ibnu al-Hijab, Ibnu Sholah, Ibnu Usfur dan beberapa murid beliau yang lain di madrasah Abu Hasan As-Syadzili meninggal pada tahun 656 H/ 1258 M dan dimakamkan di Humaitsara, Wilayah Bahr Ahmar. Sebelum meninggal, beliau sering menunaikan haji setiap tahun. Syekh Abu Hasan as-Syadzili, tidak meninggalkan sebuah berbentuk kitab dalam bidang tasawuf, namun beliau meninggalkan hal besar yang berbentuk laku Tarekat Syadziliyah dan Hizb Hizb An-Nashr, Hizb Bahr, Hizb Barr, Hizb Andarun Hizb tawasul dan lainnya. Semua yang dilakukan oleh Syekh Abu Hasan adalah Semata-mata untuk kemaslahatan dunia dan akhirat bagi umat kitab inti yang menjadi rujukan pengajaran tasawuf Syekh Abu Hasan As-Syadzili adalah Khatamul Auliya’ karya Al-Hakim Al-Tirmizi, al-Mawaqif wa al-Mukhotobah, karya Muhammad Bin Abdul Jabbar An-Niffari, Qutuul Qulub karya Abi Thalib Al-Makky, Ihya Ulumuddin karya Imam Ghazali, as-Syifa’ karya Qodhi Iyadh, Ar-Risalah Qusyairiyah karya Imam Qusyairi dan Muharrah Al-Wajiz Ibnu Tarekat as-Syadziliyah, tersebar di berbagai Negara, seperti Mesir, Tunis, Libya, Sudan, Indonesia dan lain sebagainya. Adapun sanad Tarekat as-Syadziliyah tersambung sampai Rasulullah A’lam

doa penarik rezeki syekh abul hasan asy syadzili